Wednesday, 29 June 2011

Kebohongan Vs Kejujuran

 
”There are lies, damned lies, and statistics.” Mark Twain (1835-1920)
Proposisi yang lebih umum dan layak didengar sebenarnya bukanlah apa yang jadi judul tulisan ini, tetapi sebaliknya, ”kebohongan yang jujur”. Semacam ”kebohongan putih” (white lie): mengatakan sesuatu yang tidak benar demi kebaikan.
Seorang dokter, orang tua, atau pejabat publik perlu menyatakan ”kebohongan putih” demi menghindari, katakanlah, kekacauan psikologis pada komunikan yang diajak bicara.
Selain itu, terdapat kebohongan lain yang dalam hal tertentu dapat ”diterima” khalayak. Kebohongan itu ada dalam kesenian. ucapan Vincent Crummles, tokoh dalam novel Charles Dickens—kerap dikutip Pablo Picasso—”art is a lie that reveals the truth”. Kutipan itu menjelaskan, pada dasarnya karya seni adalah dunia dusta yang terimajinasi dan direka oleh penciptanya. Namun, pada akhirnya ia menyingkap (reveal) kebenaran dalam proses signifikansi atau kontemplasi pembacanya.
Dua proposisi di atas hendak meneguhkan bahwa peradaban tidak disusun hanya oleh kebenaran, apalagi sekadar kebenaran faktual, tetapi juga oleh kebohongan, oleh dusta yang sebagian besar berkembang jadi kebenaran tersendiri. Kebudayaan, di mana pun, menyimpan mitologi, mistisisme, legenda, fabel, dan sebagainya, yang selalu menyimpan dusta di dalamnya. Namun, dusta memberi kebenaran pada pemaknaan akhir.
 
Sebagian orang
mengatakan, kebohongan tetaplah kebohongan. Seberapa pun cepat kebohongan menyebar (have speed), kebenaran akan menang karena memiliki daya tahan (have endurance). Namun, peribahasa tua mengatakan, setengah kebenaran akan menjadi kebohongan sepenuhnya.
Dua kekontrasan tentang posisi dan fungsi kebohongan di atas bukanlah dilema. Ia lebih merupakan situasi yang ditentukan oleh moralitas landasannya. Secara profetis-etis mungkin dimafhumi—bahkan perlu—adanya kebohongan pada tingkat dan kasus tertentu. Namun secara rasional-materialistis, tidak ada tempat lagi bagi dusta karena fakta (material) atau data adalah landasan utamanya.
Dua pilihan akhir itulah yang kini berkembang menjadi dilema, khususnya bagi kekuasaan, bagi pemerintahan politik, di mana modernisme, rasionalitas, dan materialisme dianggap sebagai dasar moral mereka. Namun di bagian lain, ia pun harus menenggang kearifan tradisi, agama, fatsun, hingga rahasia intelijen, yang pada hal-hal tertentu tidak mengizinkan mereka menyatakan ”yang sebenarnya”, tapi lebih mengungkap ”yang seharusnya”.
Ironi kebenaran faktual
Apa yang berkembang menjadi ironi adalah kenyataan bahwa hampir semua kekuasaan politik—baca pemerintahan—lebih mengedepankan kebenaran material atau faktual. Kebenaran yang dilandasi data empiris baik secara kualitatif maupun kuantitatif (statistik). Sebuah imperasi modern yang berdasarkan ”ukuran”. Semua yang dikerjakan harus dinilai berdasarkan ”ukuran” yang sama. Dalam hal ini ilmiah, empiris, dan statistis.
Masalah yang kemudian timbul bukan pada ”ukuran” itu, tetapi pada proses kerja dan penilaian di baliknya. Bagaimanapun, materialisasi kehidupan, yang mengukur semua kenyataan kemanusiaan dan kebudayaan dalam realitas faktual dan material saja (dapat diindra dan ditimbang), sesungguhnya adalah kerja yang reduksionistik. Pada banyak kasus tertentu, ia merupakan artifisialisasi bahkan manipulasi dari realitas multidimensi yang sebenarnya.
Hasil penelitian, bagaimanapun hebatnya, masih menyimpan error dan diskusi tentang metodenya. Beberapa penelitian terkemuka pun sering dipengaruhi oleh kepentingan pemodalnya (bisnis, militer, politik, dan sebagainya). Artinya, statistik pun, jika tidak mereduksi manusia dan kenyataan dalam pengertian fisik belaka, hanya mampu menyampaikan sebagian kebenaran, yang dalam peribahasa di atas berarti ”dusta keseluruhannya”.
Ironi kedua terjadi ketika ”kebenaran tak lengkap” ternyata selalu berhadapan dengan realitas sehari-hari yang justru berlawanan. Boleh jadi, semua indikator ekonomi kita (secara makro) menunjukkan angka dan ukuran menggembirakan (pemerintah khususnya). Namun dalam realitas sehari-hari, kesulitan hidup, rasa aman, dan jaminan serta fasilitas sosial justru dirasakan kian berat oleh masyarakat. Di titik ini, ”kebenaran tak lengkap” dari pemerintah pun menjadi ”dusta” bagi rakyatnya.
Ironi ketiga lebih menggemaskan lagi, yakni ketika dusta atau ”kebenaran tak lengkap” itu kita nyatakan, pertahankan, bahkan wacanakan terus-menerus dalam retorika yang semakin sederhana sehingga ia pun berkembang jadi kebenaran baru. Inilah metode propaganda Hitler, ”Buatlah dusta menjadi besar, jadikan sederhana, ucapkan selalu, dan kita pun akan memercayainya”.
Alangkah arif jika seorang penguasa, yang semestinya memiliki visi dan daya kontemplasi tinggi, memahami ironi kebenaran ini, bahkan untuk data dan fakta yang ia yakini.
Kebenaran sebenarnya
Apa yang kita dengar dari komunike bersama para pemimpin agama di markas Muhammadiyah mungkin lebih afdal jika diposisikan dalam pemahaman kebohongan dan kebenaran di atas. Mereka menyodorkan beberapa fakta kebohongan pemerintah—dielak pemerintah dengan kebenaran lain—yang sebaiknya kita renungi sebagai pernyataan profetis-etis dalam dimensi yang lebih dalam ketimbang dimensi material.
Secara logis dan rasional pernyataan para pemuka agama itu mengingatkan, ukuran yang digunakan pemerintah bukan hanya mereduksi, tetapi juga bertentangan dengan realitas sehari-hari yang multidimensi.
Di lain hal, kebenaran statistis bukanlah kebenaran itu sendiri, karena itu jangan menjadi kebenaran baru. Kita bisa menyetujui aforisme dari Frank Lloyd Wright, arsitek terbesar abad ke-20, ”kebenaran itu lebih penting dari fakta”.
Kebenaran terpancang lebih dalam karena menyimpan idealisme yang tak terjangkau, kecuali manusia mengejarnya. Fakta adalah kenyataan yang temporer, begitu pun kebenaran yang diwakilinya bersifat fakultatif dan sementara.
Apa yang diinginkan dan dibayangkan para pemuka agama itu adalah kebenaran, bukan sekadar fakta dengan sekian ironinya. Kebenaran yang berdiam dalam tubuh dan jiwa masyarakat, yang dituntut dan menuntut oleh sejarah dan konstitusi.
Karena itu, sanggahan pemerintah menjadi apologetis, terlebih jika hanya mengandalkan sumirnya data BPS. Kepemimpinan yang arif akan melihat lebih dalam dari sekadar fakta: kebenaran. Kebenaran yang ada di jalan becek dan macet, banjir, pasar yang mahal, pekerjaan yang sulit, serta biaya kesehatan yang mahal.
Kita membutuhkan pemimpin yang mengetahui kebenaran

Kematian akan Menghampiri kita,..siapkah kita menghadapinya,???

 
Konon, ada seorang raja  darwis  yang  berangkat  mengadakan
perjalanan  melalui  laut.  Ketika  penumpang-penumpang lain
memasuki  perahu  satu  demi  satu,  mereka  melihatnya  dan
sebagai lazimnya --merekapun  meminta nasehat kepadanya. Apa
yang dilakukan semua darwis tentu sama saja,  yakni  memberi
tahu  orang-orang  itu  hal  yang  itu-itu  juga: darwis itu
tampaknya mengulangi saja salah satu  rumusan  yang  menjadi
perhatian darwis sepanjang masa.
 
Rumusan itu adalah: "Cobalah menyadari maut, sampai kau tahu
maut itu apa." Hanya beberapa  penumpang  saja  yang  secara
khusus tertarik akan peringatan itu.
 
Mendadak   ada   angin  topan  menderu.  Anak  kapal  maupun
penumpang   semuanya   berlutut,    memohon    agar    Tuhan
menyelamatkan  perahunya.  Mereka terdengar berteriak-teriak
ketakutan,  menyerah  kepada  nasib,  meratap   mengharapkan
keselamatan.  Selama itu sang darwis duduk tenang, merenung,
sama sekali tidak memberikan reaksi terhadap gerak-gerik dan
adegan yang ada disekelilingnya.
 
Akhirnya  suasana  kacau  itu  pun berhenti, laut dan langit
tenang, dan para penumpang menjadi sadar kini betapa  tenang
darwis itu selama peristiwa ribut-ribut itu berlangsung.
 
Salah   seorang   bertanya  kepadanya,  "Apakah  Tuan  tidak
menyadari bahwa pada waktu angin  topan  itu  tak  ada  yang
lebih  kokoh  daripada  selembar papan, yang bisa memisahkan
kita dari maut?"
 
"Oh, tentu," jawab darwis itu. "Saya tahu, di laut selamanya
begitu.  Tetapi saya juga menyadari bahwa, kalau saya berada
di darat dan  merenungkannya,  dalam  peristiwa  sehari-hari
biasa, pemisah antara kita dan maut itu lebih rapuh lagi."
 
Catatan
 
Kisah   ini  ciptaan  Bayazid  dari  Bistam,  sebuah  tempat
disebelah selatan  Laut  Kaspia.  Ia  adalah  salah  seorang
diantara  Sufi  Agung zaman lampau, dan meninggal pada paroh
kedua abad kesembilan.
 
Ayahnya  seorang  pengikut  Zoroaster,   dan   ia   menerima
pendidikan  kebatinannya  di  India. Karena gurunya, Abu-Ali
dari Sind, tidak menguasai ritual Islam sepenuhnya, beberapa
ahli  beranggapan  bahwa  Abu-Ali  beragama Hindu, dan bahwa
Bayazid tentunya mempelajari  metode  mistik  India.  Tetapi
tidak   ada  ahli  yang  berwewenang,  diantara  Sufi,  yang
mengikuti anggapan tersebut. Para pengikut Bayazid  termasuk
kaum Bistamia.

SI LUMPUH DAN SI BUTA

 
Pada suatu hari seorang lumpuh pergi ke  sebuah  warung  dan
duduk  disamping  seseorang  yang  sudah  sejak tadi disana.
"Saya tidak bisa datang ke pesta Sultan,"  keluhnya,  karena
kakiku yang lumpuh sebelah ini aku tak bisa berjalan cepat."
 
Orang  disebelahnya  itu  mengangkat kepalanya. "Saya pun di
undang,"  katanya,  "tetapi  keadaanku  lebih   buruk   dari
Saudara.  Saya  buta,  dan  tak bisa melihat jalan, meskipun
saya juga diundang."
 
Orang ketiga, yang mendengar  percakapan  kedua  orang  itu,
berkata,  "Tetapi,  kalau  saja  kalian menyadarinya, kalian
berdua mempunyai sarana untuk  mencapai  tujuan.  Yang  buta
bisa  berjalan, yang lumpuh didukung di pungung. Kalian bisa
menggunakan kaki si Buta, dan Si  Lumpuh  untuk  menunjukkan
jalan."
 
Dengan  cara itulah keduanya bisa mencapai tujuan, dan pesta
sudah menanti.
 
 
Dalam perjalanan, keduanya sempat berhenti di sebuah  warung
lain.  Mereka  menjelaskan  keadaannya kepada dua orang lain
yang duduk bersedih disana. Kedua orang  itu,  yang  seorang
tuli,  yang lain bisu. Keduanya juga diundang ke pesta. Yang
bisu mendengar,  tetapi  tidak  bisa  menjelaskannya  kepada
temannya  yang tuli itu. Yang tuli bisa bicara, tetapi tidak
ada yang bisa dikatakannya.
 
Kedua orang itu tak ada yang bisa  datang  ke  pesta;  sebab
kali  ini  tak ada orang ketiga yang bisa menjelaskan kepada
mereka bahwa ada  masalah,  apalagi  bagaimana  cara  mereka
memecahkan masalah itu.
 
Catatan
 
Dikisahkan  bahwa Abdul Kadir yang Agung meninggalkan sebuah
jubah Sufi  yang  bertambal-tambal  untuk  diberikan  kepada
calon  pemakainya  yang  baru  akan  lahir  enam ratus tahun
setelah kematian Sufi Agung itu.
 
Pada  tahun  1563,  Sayid  Iskandar  Syah,  Qadiri,  setelah
mendapat  kepercayaan  ini,  menunjuk  Syeh Ahmad Faruk dari
Sirhind sebagai pewaris mantel itu.
 
Guru Naqshibandi ini telah ditahbiskan menjadi anggota  enam
belas  Kaum  Sufi  oleh  ayahnya,  yang  telah  mencari  dan
membangkitkan kembali adat dan pengetahuan Sufisme sepanjang
pengembaraannya yang jauh dan berbahaya.
 
Orang percaya bahwa Sirhind merupakan tempat yang ditentukan
munculnya Guru Agung,  dan  turun-temurun  orang-orang  suci
telah menanti perwujudan itu.
 
Sebagai  akibat dari munculnya Faruqi dan penerimaannya oleh
semua Kaum pada masanya, Kaum  Naqshibandi  kini  meresmikan
pengikut-pengikutnya   menjadi   empat   jalur  utama  dalam
Sufisme: Chishti, Qadiri, Suhrawardi, dan Naqshibandi.
 
"Si Lumpuh dan Si Buta" dianggap sebagai ciptaan Syeh  Ahmad
Faruk,  yang  meninggal  tahun  1615.  Kisah  ini baru boleh
dibaca setelah menerima perintah untuk membacanya: atau oleh
mereka   yang   telah   mempelajari   Karya   Hakim   Sanai,
"Orang-orang Buta dan Gajah."

Wednesday, 22 June 2011

7 TIPS MENGECILKAN PERUT


Bagaimana cara mengecilkan perut yang buncit? Apakah ada tips mengecilkan perut secara alami? Memiliki perut gendut memang bukan hal yang patut dibanggakan. Selain tak sedap dipandang, kondisi ini juga bisa merusak penampilan. Timbunan lemak yang berlebihan di bagian perut nyatanya bisa menghambat fungsi hati sebagai penyaring racun dalam darah.
Dengan kondisi ini membuat sistem sirkulasi tubuh tidak berjalan normal dan menjadi pemicu timbulnya berbagai masalah kesehatan, seperti kadar kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi.
Sebagian besar perut menggelembung alias buncit disebabkan oleh faktor dasar yaitu diet dan gaya hidup. Berikut ini beberapa cara untuk menghilangkan perut buncit baik pada pria maupun wanita, cekidot :
1. Minum air
Jika kepenuhan perut disebabkan oleh penyimpanan air, Anda sebenarnya dapat mengurangi masalah tersebut dengan minum air lebih banyak. Hal ini akan mencairkan konsentrasi sodium dalam tubuh sehingga meningkatkan jumlah air yang keluar dari sistem. Minum lebih banyak air juga menjamin fungsi empedu efektif untuk mengeluarkan produk sampah. Jangan merubah konsumsi air saat diet karena banyak bahan yang sulit dicerna dan dapat menyebabkan perut menggelembung.
2. Makan perlahan-lahan
Hindari makan cepat, karena ketika Anda menelan terlalu cepat, setidaknya udara tertahan dalam usus dan membentuk gas yang dapat memicu penggelembungan perut. Selalu duduk saat makan dan kunyah makan secara perlahan-lahan. Makanan yang tidak terkunyah menjadi bagian-bagian kecil tidak dapat dicerna dengan sempurna yang kemudian menghasilkan banyak gas yang menimbulkan penggelembungan.
3. Mengurangi konsumsi garam
Terlalu banyak garam dalam diet menambah ektra sodium terhadap cairan tubuh yang memperlambat mekanisme sehingga mendorong air keluar dari sel. Akibatnya perut terasa penuh dan menggelembung.
4. Konsumsi serat yang tepat
Serat adalah elemen penting dalam diet, tetapi untuk mengimbangi penyimpanan air yang menyebabkan penggelembungan, makanlah serat dalam buah-buahan seperti apel dan pear yang memiliki banyak kandungan air.
5. Awasi pengobatan
Perut yang mengembang adalah efek samping dari konsumsi obat. Aspirin kadang-kadang menyebabkan masalah perut yang memicu sembelit dan penggelembungan, termasuk pil kontrasepsi.
6. Hindari sembelit
Sembelit didefinisikan sebagai memiliki lebih sedikit dari tiga kali buang air besar dalam seminggu atau jika terlibat ketegangan. Sebagai akibat perut terasa menambah besar. Untuk merangsang isi perut, tingkatkan konsumsi serat dari buah-buahan dan sayuran, lakukan secara gradual untuk menghindari fermentasi dan produksi gas yang berlebihan.
7. Olahraga
Olahraga memang salah satu cara yang wajib ditempuh untuk menghilangkan si perut buncit. Olahraga akan membantu menggerakkan cairan dalam perut yang dapat menyebabkan perut besar dengan mendorongnya keluar dari jaringan dan masuk aliran darah dimana akan dilkeluarkan sebagai keringat atau dibawa ke empedu untuk dikeluarkan sebagai urine. Olahraga yang disarankan antara lain aerobik.
Itulah beberapa tips mengatasi perut buncit yang bisa anda lakukan, sekalian baca juga cara mengatasi ejakulasi dini secara alami. Selamat mencoba dan semoga berhasil mengecilkan perut Anda!

Morning Sickness


Morning sickness biasa menyerang wanita yang hamil muda. Sebuah penelitian menemukan ada kaitan antara morning sickness dengan anak yang dilahirkan. Para peneliti di Sick Kids Hospital mengatakan morning sickness bisa membuat anak-anak lebih cerdas.
Sebuah studi baru yang muncul dalam The Journal of Pediatrics menunjukkan bahwa perasaan mual meningkatkan perkembangan syaraf anak jangka panjang. Penelitian ini merupakan pertama kalinya yang menilai dampak langsung dari morning sickness dengan perkembangan syaraf anak-anak.
Studi terdahulu menunjukkan bahwa ada manfaat dari morning sickness, namun efek jangka panjang bagi anak-anak belum pernah diteliti sebelumnya.
“Temuan kami menunjukkan hubungan antara NVP dan peningkatan perkembangan syaraf pada keturunannya,” kata Dr Irena Nulman, penulis utama studi ini seperti dilansir DigitalJournal, Ahad (6/2).
“NVP adalah fenomena fisiologis yang luas dan membingungkan yang belum cukup dipelajari,” tambah Nulman, Direktur Program Asosiasi Program Motherisk, SickKids Associate Scientist.
Peserta penelitian ini direkrut menggunakan database hotline NVP Motherisk. Para peneliti menggunakan 121 wanita yang dihubungkan secara hotline sejak 1998 hingga 2003. Para peserta ini dibagi ke dalam tiga kelompok pasangan ibu dan anak. Yakni ibu yang mengalami morning sickness dan diobati dengan diclectin (obat yang digunakan untuk mengobati mual dan muntah selama kehamilan), kelompok orang-orang yang mengalami morning sickness dan tidak mengambil diclectin, dan mereka yang tidak mengalami morning sickness.

Kemudian, anak-anak yang sudah berusia 3-7 tahun diberikan tes sesuai standar usia untuk mengukur kecerdasan mereka dan perilaku. Sementara faktor luar yang diteliti termasuk IQ sang ibu, jumlah rokok yang dihisap per hari, konsumsi alkohol, dan status sosial ekonomi.
Hasilnya, penelitian ini menunjukkan bahwa semua anak-anak di tiga kelompok memiliki rata-rata normal untuk hasil perkembangan saraf. Yang mengejutkan adalah anak-anak yang ibunya morning sickness menunjukkan nilai yang lebih tinggi pada kinerja IQ, kefasihan verbal, pengolahan fonologi, dan memori numerik. Penggunaan diclectin tidak membuat perbedaan dalam kecerdasan anak-anak. Tingkat keparahan morning sickness memang membuat perbedaan seiring dengan IQ ibu.
“Hasil dari studi ini menekankan perlunya penyelidikan ilmiah lebih lanjut hingga ke dasar fisiologis NVP,” kata Dr Gideon Koren, Direktur Program Motherisk, Peneliti Senior pada SickKids dan Profesor Pediatri, Farmakologi, Farmasi dan Genetika Kedokteran di University of Toronto.

Making The Most of First Impressions

Can you establish a lasting business relationship in just seven seconds? You can if you make a great first impression. Seven seconds is the average length of time you have to do it, and everyone knows that you won’t get a second opportunity. A positive first impression can turn a chance encounter into a long term association.


Whether that initial meeting is face-to-face, over the phone or online, you do not have time to waste. It pays for you to understand how people make their first judgment and what you can do to be in control of the results.

1. Learn What People Use To Form Their First Opinion.

When you meet someone face-to-face, 93% of how you are judged is based on nonverbal data---your appearance and your body language. Only 7% is influenced by the words that you speak. Whoever said that you can’t judge a book by its cover failed to note that people do. When your initial encounter is over the phone, 70% of how you are perceived is based on your tone of voice and 30% on your words. Clearly, it’s not what you say---it’s the way that you say it.

2. Choose Your First Twelve Words Carefully.

Although research shows that your words make up a mere 7% of what people think of you in a one-on-one encounter, don’t leave what you say to chance. Express some form of thank you when you meet a potential connection. Perhaps it is “Thank you for taking your time to see me today” or “Thank you for joining me for lunch.” People appreciate you when you appreciate them.

3. Use The Other Person’s Name Immediately.

There is no sweeter sound than that of our own name. When you use a person’s name in conversation within your first twelve words and the first seven seconds, you are sending a message that you value the other person.. Nothing gets other people’s attention as effectively as calling them by name and giving them your full attention.

4. Pay Attention To Your Grooming. 

Others will. In fact, they will notice your hair and face first.  Putting off that much-needed haircut or color job may cost you the relationship.  Very few people want to do business with someone who is unkempt or whose hairstyle does not look professional.  Don’t let a bad hair day cost you the connection.

5. Keep Your Shoes In Mint Condition.

People will look from your face to your feet.  If your shoes aren’t well maintained, others will question whether you pay attention to detail.  Shoes should be polished as well as appropriate for the business environment. They may be the last thing you put on before you walk out the door, but shoes are often the first thing other people see.

6. Walk Fast.

Studies show that people who walk 10-20% faster than others are viewed as important and energetic---just the kind of person others want to do business with. Pick up the pace and walk with purpose if you want to impress. You never know who may be watching.

7. Fine Tune Your Handshake. 

The first move you should make when meeting someone is to put out your hand. There isn’t a businessperson anywhere who can’t tell you that the good business handshake should be a firm one. Yet time and again people offer up a limp hand. You’ll be assured of giving an impressive grip and getting off to a good start if you position your hand to make contact web-to-web with the other person’s. Once you’ve connected, close your thumb over the back of the hand and give a slight squeeze.  You’ll have an impressive handshake and the beginning of a good business relationship.

8. Make Introductions With Style.

It does matter whose name you say first and what words you use when making introductions in business.  Because business etiquette is based on rank and hierarchy, you want to honor the senior or highest ranking person by saying his name first. When the client is present, he is always the most important person.  Say the client’s name first and introduce other people to the client.  The correct words to use are “I’d like to introduce...” or “I’d like to introduce to you...” followed by the name of the other person.

9. Never Leave The Office Without Your Business Cards.

Your business cards and how you handle them contribute to your total image. Have a good supply of them with you at all times since you never know when and where you will encounter a potential client. How unimpressive is it to ask for a person’s card and hear the words, “Oh, I’m sorry.  I think I just gave away my last one.” You get the feeling that this person has either already met everyone he wants to know or maybe didn’t come prepared to do business.
Keep your cards in a card case or holder where they are protected from wear and tear.  That way you will be able to find them without a lot of fumbling around, and they will always be in pristine condition.

10. Match Your Body Language To Your Verbal Message.

A smile or pleasant expression tells people that you are glad to be with them. Eye contact says you are paying attention. Leaning in toward the other person engages you in the conversation.  Use as many signals as you can to look interested and interesting.
In the business environment, you plan your every move with clients.  You arrange for the appointment, you prepare for the meeting, you rehearse for the presentation, but in spite of your best efforts, potential contacts pop up in the most unexpected places and at the most bizarre times. For that reason, leave nothing to chance. Every time you walk out of your office, be ready to make a powerful first impression.

Friday, 17 June 2011

Percaya Diri


Percaya diri itu seni. Jika Anda merasa belum percaya diri, maka Anda bisa menjadi percaya diri. Jika Anda sudah merasa percaya diri, maka Anda bisa menjadi lebih percaya diri.

Percaya diri itu dinamis, ia bisa naik dan turun, berubah dan berkembang. Apa yang perlu Anda lakukan, adalah menjaganya agar tetap berada di tingkat yang optimal dan sehat.

UNTUK APAPUN, ANDA HARUS BERBICARA

Dalam aktivitas apapun yang Anda lakukan, Anda akan melakukan tiga hal berikut ini:

1. Memimpin;
2. Menjual;
3. Mempresentasikan.

Dalam faktanya, Anda bahkan mungkin melakukan ketiganya sekaligus.

Jika Anda sedang memimpin, maka Anda pasti sedang menjual sesuatu agar diikuti oleh orang-orang yang Anda pimpin. Dan dalam melakukannya, Anda akan menyajikan atau mempresentasikan berbagai hal yang relevan.

Jika Anda sedang menjual sesuatu, Anda sedang mengupayakan posisi memimpin, agar prospek Anda mau mengambil keputusan sesuai dengan yang Anda inginkan sebagai pihak yang menjual. Dan sekali lagi, Anda pasti mempresentasikan berbagai hal yang relevan.

Jika Anda sedang berpresentasi, maka Anda bisa dipastikan sedang menjual sesuatu. Dan karena Anda sedang berusaha menjual sesuatu, maka Anda pasti berupaya untuk memimpin audience, agar mendengarkan Anda, agar menyimak presentasi Anda, agar memahami maksud dan tujuan Anda, dan agar teryakinkan sesuai tujuan presentasi Anda.

Dalam melakukan semua aktivitas di atas, media paling umum yang akan Anda gunakan adalah komunikasi verbal alias berbicara.

Muara dari semua aktivitas itu, atau hasil akhir dari semua aktivitas itu, akan sangat ditentukan oleh kualitas bicara Anda. Sebelum sampai ke persoalan teknis seperti struktur bicara, intonasi, gaya bahasa atau bahkan pilihan kata dan kalimat, aspek mendasar dari kualitas bicara Anda adalah tingkat percaya diri Anda saat melakukannya.

Singkatnya, Anda harus menaburkan aura percaya diri saat berbicara. Karena dari situlah segala hasil akhir akan ditentukan. Jadi, titik awal Anda untuk semua aktivitas itu, adalah meraih rasa percaya diri yang lebih baik.

Berikut ini adalah kompilasi berbagai alasan untuk percaya diri, yang dikumpulkan dari para pakar manajemen, kepemimpinan, komunikasi dan motivasi.

PERCAYA DIRI BERARTI TAHAN BANTING

Jika Anda percaya diri, maka Anda akan lebih tahan terhadap berbagai tekanan, karena punya tempat berpijak dan cara berpikir yang kokoh dan kuat.

Jika Anda percaya diri, maka Anda akan lebih mampu menghadapi variasi dari situasi pribadi, sosial dan bisnis yang makin ketat dan makin keras belakangan ini.

Jika Anda percaya diri, maka Anda akan lebih tahan untuk berhadapan dengan orang lain yang makin hari makin kritis. Ingatlah bahwa tekanan yang makin kuat tidak hanya dialami oleh diri Anda sendiri, melainkan juga oleh setiap orang lain yang hidup bersama Anda di dunia ini.

Jika Anda percaya diri, maka Anda akan lebih mampu menghadapi orang lain yang makin hari makin keras dan bukan tidak mungkin makin menyebalkan.

Jika Anda percaya diri, maka Anda akan lebih mampu menghadapi berbagai apresiasi yang realistik dan objektif.

Pada akhirnya, jika Anda percaya diri, maka Anda akan lebih memiliki kontrol terhadap berbagai situasi dan keadaan yang penting untuk apapun kepentingan Anda.

PERCAYA DIRI BERARTI MAMPU MENGONTROL

Percaya diri Anda dibangun dengan berlatih untuk mengontrol berbagai hal. Dengan tingkat percaya diri yang makin baik, akan Anda akan lebih mampu mengontrol berbagai hal. Dengan percaya diri yang lebih tinggi, Anda akan mampu mengontrol berbagai aspek dari kehidupan Anda.

Dengan mampu mengontrol berbagai aspek diri pribadi Anda, Anda akan lebih jernih dalam melihat dan mengatur tujuan dan sasaran pribadi Anda. Dengan kejelasan dalam tujuan dan sasaran Anda, maka Anda akan lebih mampu dalam mengarahkan perilaku Anda menuju kepada keberhasilan Anda.

PERCAYA DIRI BERARTI TAHU KAPASITAS DIRI

Dengan percaya diri, Anda akan memahami seluk beluk dan tingkat kapasitas yang Anda miliki. Dengan mengetahui kapasitas diri, Anda akan mampu melakukan analisis SWOT untuk diri pribadi Anda.

Dengan memahami aspek SWOT diri Anda sendiri, maka Anda akan tahu persis dari mana harus memulai dan kemana akan berakhir.

PERCAYA DIRI BERARTI SUCCESS ORIENTED

Dengan percaya diri, Anda menggeser fokus diri dari jebakan ketakutan akan kegagalan dan kerugian, ke cara pandang yang optimis tentang berbagai kesempatan dan keberhasilan. Anda akan menjadi orang yang success oriented.

Dengan percaya diri, Anda tidak akan merasa cukup hanya dengan 'positive thinking', tapi lebih dari itu, Anda akan menuntut 'positive knowing'.

Dengan 'positive knowing', Anda akan menjadi orang yang ahli di bidangnya. Anda akan menjadi orang yang expert, ahli dan pakar. Itulah jalan menuju kesuksesan Anda.

PERCAYA DIRI BERARTI PERBAIKAN KUALITAS NETWORKING

Dengan percaya diri, Anda akan meningkatkan kualitas personality Anda. Dengan kenaikan personality Anda, maka Anda juga akan menaikkan kualitas 'relationship' Anda.

Seorang pemimpin atau pengusaha atau pejabat yang memulai dari bawah, kemudian terus naik sampai ke tingkatan tertentu di bidangnya, tidak hanya berhubungan dengan orang-orang di bawahnya. Lebih dari itu, ia juga akan meningkatkan kualitas networkingnya ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih luas.

Ia akan terlibat dengan orang-orang yang juga lebih tinggi kualitasnya, lebih tinggi keahliannya, dan lebih baik tingkat percaya dirinya. Dengan itu, percaya dirinya akan makin meningkat. Dan dengan itu semua, peluang keberhasilannya juga akan meningkat.

Dengan percaya diri, Anda akan bertemu dengan orang yang lebih menyenangkan, orang yang lebih baik kualitasnya, orang yang lebih terdidik, orang yang lebih memberi kesempatan dan peluang, orang yang lebih menarik, dan orang yang lebih nikmat bagi Anda untuk berhubungan dengan mereka.

PERCAYA DIRI BERARTI KONTROL TEMPERAMEN YANG LEBIH BAIK

Di dalam ilmu sosial, ada istilah 'hukum korespondensi', yang mengatakan bahwa 'dunia luar' di luar diri Anda, adalah sebuah cermin sempurna dari 'dunia dalam' di dalam diri Anda.

Percaya diri Anda harus dimulai dari dalam. Dan jika Anda berhasil memperbaiki kualitas 'dunia dalam' Anda, maka 'dunia luar' akan mengikutinya.

Jika Anda sukses dengan berhasil meraih percaya diri, maka kesuksesan juga akan terjadi pada 'dunia luar' Anda. Jika Anda berhasil meraih percaya diri, maka Anda berpeluang besar untuk meraih keberhasilan dalam kehidupan diri pribadi, kehidupan sosial, kehidupan pendidikan, dunia karir dan dunia bisnis Anda.

Keberhasilan meraih percaya diri, berarti keberhasilan meraih kontrol terhadap temperamen pribadi. Itu berarti, Anda juga punya peluang besar untuk mengontrol temperamen 'dunia luar' Anda.

Ingat ini:

- Indahnya bulan ada di hati Anda;
- Pemandangan langit dan lautan luas beserta bintang gemintang, ada di mata Anda. Batasannya pun, tergantung kualitas penglihatan Anda;
- Panasnya terik matahari dan api, ada di kulit Anda;
- Bau busuk dunia ini, adanya di hidung Anda;
- Pedasnya cabai dan panasnya merica, ada di lidah Anda;
- Dunia dan seisinya, ada di dalam diri Anda.

Jika Anda punya kontrol terhadap temperan diri, maka Anda pantas mengontrol temperamen dunia dan seisinya. Ramah atau tidaknya dunia ini pada Anda, Anda sendiri yang menentukannya.

Dan untuk mencapainya, mulailah dengan mempercayai diri Anda sendiri. Tuhan telah menciptakan Anda dengan sempurna, dan Ia menginginkan Anda mempercayai hal itu.

PERCAYA DIRI BERARTI MAMPU MENGHAMBAT UPAYA SABOTASE DIRI

Percayalah bahwa setiap hambatan, hampir bisa dipastikan datang dari dalam diri sendiri. Setiap hambatan akan men-sabotase dengan mencegah diri Anda dari mengambil tindakan.

Tindakan adalah segala aktivitas yang membuat hidup Anda menjadi lebih baik. Resep keberhasilan adalah tindakan, dan untuk bisa bertindak, Anda perlu percaya diri.

PERCAYA DIRI BERARTI HIDUP SISTEMATIS

Sistematis berarti efisien dan efektif. Dengan percaya diri, Anda akan bertindak. Dan bertindak atas dasar percaya diri, akan membuat Anda mampu mengambil keputusan dan menentukan pilihan. Dengan kemampuan itu, tindakan Anda akan tepat, akurat, efisien dan efektif.

PERCAYA DIRI BERARTI PENINGKATAN KEMAMPUAN BELAJAR

Hidup Anda adalah sekolah Anda. Cara belajar Anda mengikuti dua pola, yaitu shaping alias pembentukan dan modelling alias teladan. Percaya diri akan membuat Anda menjadi orang yang lebih mampu dalam melakukan self development, pengembangan dan perbaikan, dan lebih mampu dalam mengambil suri tauladan serta melakukan berbagai inovasi sebagai kelanjutannya.

PERCAYA DIRI BERARTI YAKIN AKAN FUNGSI DIRI

Dengan percaya diri, Anda akan lebih yakin bahwa keseluruhan diri Anda akan berfungsi dengan baik. Dengan percaya diri Anda akan mampu mendorong diri Anda untuk total, maksimal dan optimal. Dengan semua itu, Anda akan mencapai kemandirian dan kemerdekaan.

PERCAYA DIRI BERARTI FOKUS PADA DUNIA LUAR

Tidak percaya diri disebabkan oleh kesibukan dalam mengkhawatirkan diri sendiri. Dengan percaya diri, Anda akan disibukkan oleh dunia luar. Dengan percaya diri Anda akan menjadi orang yang lebih melayani, lebih bermanfaat, dan lebih memberi nilai kepada dunia luar.

Dengan percaya diri Anda akan berorientasi keluar. Dengan percaya diri, Anda akan lebih berhasil dalam memimpin dan menjual.

PERCAYA DIRI BERARTI HIDUP YANG LEBIH NYAMAN DAN MENYENANGKAN

Dengan percaya diri Anda akan lebih menikmati diri sendiri, lebih menikmati dunia luar. Hidup Anda akan penuh dengan kegembiraan, dengan hanya sedikit kekhawatiran. Dunia Anda akan lebih nyaman dan menyenangkan. Dengan percaya diri, Anda bisa membuat 'hidup lebih hidup'.

PERCAYA DIRI BERARTI PESAN POSITIF

Dengan percaya diri, Anda akan mengkomunikasikannya kepada dunia di luar Anda. Dengan percaya diri, Anda akan membuat orang lain menjadi percaya diri. Dengan percaya diri, Anda akan lebih meyakinkan. Percaya diri adalah pesan. Pesan yang amat penting untuk dikomunikasikan kepada orang yang terlibat dengan Anda. Dengan
percaya diri, sekali lagi Anda akan berhasil dalam memimpin dan menjual.

PERCAYA DIRI BERARTI PELUANG UNTUK MENUMBUHKAN KHARISMA

Dengan percaya diri, Anda berpeluang besar untuk menumbuhkan tingkat maksimal dari percaya diri, yaitu kharisma. Dengan percaya diri, Anda akan menciptakan jalan untuk menjadi orang yang selalu didengar kata dan perintahnya.

DARI MANA DATANGNYA PERCAYA DIRI?

Percaya diri datang dari kemampuan berkomunikasi secara verbal, dengan berbicara.
Dengan berbicara, Anda akan berbicara pada diri sendiri dan berbicara pada orang lain.

Berbicara kepada diri sendiri akan menjalankan proses manajemen diri. Andalah orang yang paling tahu harus mengatakan apa pada diri sendiri.

"Saya bisa" atau "Saya tidak bisa".
"Saya akan berhasil" atau "Saya akan gagal".
"Saya harus melakukan ini" atau "Saya memang menginginkan ini".
"Saya yang menentukan" atau "Bukan Saya yang menentukan".
"Saya yang memilih" atau "Orang lain yang memilih".
"Terserah Saya" atau "Terserah orang lain".

Berbicara kepada orang lain akan menjalankan proses manajemen diri orang lain.

"Anda harus begini atau harus begitu".
"Saya meminta Anda melakukan ini atau itu".
"Saya ingin hasilnya begini atau begitu".
"Saya yang menentukan, bukan Anda yang menentukan".
"Saya yang memerintah Anda yang mengikuti".
"Saya yang menjual dan Anda yang membeli".
"Jika Anda ingin berhasil, ikuti saran Saya".

Jadi, mulailah segala keberhasilan Anda dengan percaya diri saat berbicara

Wednesday, 8 June 2011

SENYUMLAH

Tersenyum adalah suatu tindakan yang paling mudah, paling sederhana, paling murah dan paling menyenangkan di dunia.
Seringkali kita melupakan tindakan ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita merasa sudah terlalu letih oleh kerjaan yang menumpuk, membayar tagihan-tagihan atau kasir toko yang menyebalkan ketika tadi berbelanja.
Para pembaca yang budiman, simaklah berikut ini 5 alasan mengapa anda harus banyak tersenyum :
1. Anda akan mendapatkan lebih banyak kebahagiaan
Cobalah paksakan diri anda untuk tersenyum selama 30 detik mulai dari sekarang. Lakukan pula ketika anda mengalami kemalangan. Dengan membiasakan tersenyum, tidak peduli bagaimana perasaan anda saat itu, di dalam tubuh anda akan terjadi reaksi-reaksi kimia yang dapat membuat anda merasa bahagia.
Cobalah dan rasakan perbedaannya. 
2. Senyuman dapat merubah keadaan anda
Jika anda merasa putus asa, marah atau bosan, sebuah senyuman akan mengubah keadaan emosi anda menjadi lebih positif. Dan sebuah keadaan yang positif tidak hanya membuat hidup anda lebih menyenangkan tetapi juga membuka segala kemungkinan lain dalam pikiran anda. Anda akan melihat dunia dengan cara yang berbeda melalui lensa kebahagiaan. Dari situ anda dapat mulai membangun sederetan tindakan yang positif dan berinterasksi dengan banyak orang setiap harinya.
3. Senyuman dapat mengubah keadaan orang lain
Jika anda berjalan ke dalam sebuah ruangan atau menuju ke sebuah toko dengan senyuman di wajah anda, akan membuat semuanya berbeda. Semua orang akan berbalik tersenyum pada anda. Hal ini akan banyak membantu mencairkan setiap ketegangan atau kekakuan yang ada. Interaksi anda akan lebih terbuka, santai dan penuh dengan kegembiraan.
4. Tersenyum? Apa ruginya?
Ketika memilih antara mengerutkan dahi, ekspresi kosong atau tersenyum, tampaknya pilihan terakhir adalah pilihan yang paling produktif dan positif, bukankah demikian? Seringkali anda lupa untuk tersenyum atau mungkin anda tidak terlalu suka untuk tersenyum. Tapi jika anda berusaha untuk menggunakan senyuman anda sesering mungkin, anda lama-kelamaan akan mempunyai kebiasaan yang baru, kebiasaan yang jauh lebih positif. Jika anda termasuk orang yang selalu memperhitungkan untung rugi untuk segala hal, cobalah pertanyaan ini, ‘apa ruginya anda tersenyum?
5. Lebih mudah untuk tersenyum daripada melakukan yang sebaliknya
“Dibutuhkan tujuh puluh dua otot untuk berkerut, tetapi hanya tigabelas otot untuk tersenyum.”
- Anonim -
Jadi sebetulnya anda menggunakan jauh lebih sedikit otot ketika tersenyum dibandingkan saat anda mengerutkan dahi atau memasang muka marah. Dengan membiasakan diri untuk tersenyum, maka otot tersenyum anda akan menjadi lebih kuat daripada otot untuk mengerutkan dahi anda, sehingga lama kelamaan anda akan lebih mudah untuk tersenyum daripada melakukan hal yang sebaliknya

Tuesday, 7 June 2011

PERSAHABATAN


Aku bangga dapati dirimu seadanya..
kupikir, pantaslah dirimu kutemani
aku bahagia, sungguh ingin terurai kata...
KAULAH SAHABATKU....

bila hari-harimu berselimutkan duka
kudoakan Damai bagimu
bila hari-harimu tertimpa bahaya
kudoakan KASIH bagimu

bila hari-harimu berlarut ceria
kudoakan BAHAGIA bersamamu

selama matahari masih terbit dan tenggelam
selama bulan dan bintang dilangit masih bercahaya
selama panas dan hujan masih silih berganti
AKULAH SAHABATMU






bersama kita merangkai KARSA
bersama kita menyusun CERITA
bersama kita satukan ASA
berjalan terus bersama CINTA

bila mungkin adanya, kita kan bersama
selalu dan selamanya
dalam doa dan pinta......
BAHAGIA....

Akhirnya............................

Saya mengucapkan terima kasih banyak buat atasan ,rekan - rekan semuanya , yang tidak bisa saya sebut kan satu persatu . Saya minta mohon maaf  sebesar2nya jika ada kesalahan baik disengaja ataupun tidak . Saya akan menjaga tali persaudaraan yang sudah kita jalin selama ini bisa tetap di pertahankan .
Insyallah kita berjumpa kembali.

Mendidik Anak Taat Syariah

 Menjadi orangtua pada zaman globalisasi saat ini tidak mudah.  Apalagi jika orangtua mengharapkan anaknya tidak sekadar menjadi anak yang pintar, tetapi juga taat dan salih. Menyerahkan pendidikan sepenuhnya kepada sekolah tidaklah cukup.  Mendidik sendiri dan membatasi pergaulan di rumah juga tidak mungkin. Membiarkan mereka lepas bergaul di lingkungannya cukup berisiko.  Lalu, bagaimana cara menjadi orangtua yang bijak dan arif untuk menjadikan anak-anaknya taat pada syariah?
Asah Akal Anak untuk Berpikir yang Benar
Hampir setiap orangtua mengeluhkan betapa saat ini sangat sulit mendidik anak.  Bukan saja sikap anak-anak zaman sekarang yang lebih berani dan agak ‘sulit diatur’, tetapi juga tantangan arus globalisasi budaya, informasi, dan teknologi yang turut memiliki andil besar dalam mewarnai sikap dan perilaku anak.
“Anak-anak sekarang beda dengan anak-anak dulu.  Anak dulu kan takut dan segan sama orangtua dan guru.  Sekarang, anak berani membantah dan susah diatur.  Ada saja alasan mereka!”
Begitu rata-rata komentar para orangtua terhadap anaknya.  Yang paling sederhana, misalnya, menyuruh anak shalat.  Sudah jamak para ibu ngomel-ngomel, bahkan sambil membentak, atau mengancam sang anak agar mematikan TV dan segera shalat.  Di satu sisi banyak juga ibu-ibu yang enggan mematikan telenovela/sinetron kesayangannya dan menunda shalat. Fenomena ini jelas membingungkan anak.
Pandai dan beraninya anak-anak sekarang dalam berargumen untuk menolak perintah atau nasihat, oleh sebagian orangtua atau guru, mungkin dianggap sebagai sikap bandel atau susah diatur. Padahal bisa jadi hal itu karena kecerdasan atau keingintahuannya yang besar membuat dia menjawab atau bertanya; tidak melulu mereka menurut dan diam (karena takut) seperti anak-anak zaman dulu.


Dalam persoalan ini, orangtua haruslah memperhatikan dua hal yaitu: Pertama, memberikan informasi yang benar, yaitu yang bersumber dari ajaran Islam.  Informasi yang diberikan meliputi semua hal yang menyangkut rukun iman, rukun Islam dan hukum-hukum syariah.  Tentu cara memberikannya bertahap dan sesuai dengan kemampuan nalar anak.  Yang penting adalah merangsang anak untuk mempergunakan akalnya untuk berpikir dengan benar. Pada tahap ini orangtua dituntut untuk sabar dan penuh kasih sayang. Sebab, tidak sekali diajarkan, anak langsung mengerti dan menurut seperti keinginan kita. Dalam hal shalat, misalnya, tidak bisa anak didoktrin dengan ancaman, “Pokoknya kalau kamu nggak shalat dosa. Mama nggak akan belikan hadiah kalau kamu malas shalat!”
Ajak dulu anak mengetahui informasi yang bisa merangsang anak untuk menalar mengapa dia harus shalat.  Lalu, terus-menerus anak diajak shalat berjamaah di rumah, juga di masjid, agar anak mengetahui bahwa banyak orang Muslim yang lainnya juga melakukan shalat.
Kedua, jadilah Anda teladan pertama bagi anak. Ini untuk menjaga kepercayaan anak agar tidak ganti mengomeli Anda—karena Anda hanya pintar mengomel tetapi tidak pintar memberikan contoh.
Terbiasa memahami persoalan dengan berpatokan pada informasi yang benar adalah cara untuk mengasah ketajaman mereka menggunakan akalnya. Kelak, ketika anak sudah sempurna akalnya, kita berharap, mereka mempunyai prinsip yang tegas dan benar; bukan menjadi anak yang gampang terpengaruh oleh tren pergaulan atau takut dikatakan menjadi anak yang tidak ‘gaul’.
Tanamkan Akidah dan Syariah Sejak Dini
Menanamkan akidah yang kokoh adalah tugas utama orangtua.  Orangtualah yang akan sangat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya sendi-sendi agama dalam diri anak. Rasulullah saw. bersabda:
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu dan bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR al-Bukhari).
Tujuan penanaman akidah pada anak adalah agar si anak mengenal betul siapa Allah.  Sejak si bayi dalam kandungan, seorang ibu bisa memulainya dengan sering bersenandung mengagungkan asma Allah.  Begitu sudah lahir, orangtua mempunyai kesempatan untuk membiasakan si bayi mendengarkan ayat-ayat al-Quran.  Pada usia dini anak harus diajak untuk belajar menalar bahwa dirinya, orangtuanya, seluruh keluarganya, manusia, dunia, dan seluruh isinya diciptakan oleh Allah. Itu sebabnya mengapa manusia harus beribadah dan taat kepada Allah.
Lebih jauh, anak dikenalkan dengan  asma dan sifat-sifat Allah. Dengan begitu, anak mengetahui betapa Allah Mahabesar, Mahaperkasa, Mahakaya, Mahakasih, Maha Melihat, Maha Mendengar, dan seterusnya.  Jika anak bisa memahaminya dengan baik, insya Allah, akan tumbuh sebuah kesadaran pada anak untuk senantiasa mengagungkan Allah dan bergantung hanya kepada Allah.  Lebih dari itu, kita berharap, dengan itu akan tumbuh benih kecintaan anak kepada Allah; cinta yang akan mendorongnya gemar melakukan amal yang dicintai Allah.
Penanaman akidah pada anak harus disertai dengan pengenalan hukum-hukum syariah secara bertahap.  Proses pembelajarannya bisa dimulai dengan memotivasi anak untuk senang melakukan hal-hal yang dicintai oleh Allah, misalnya, dengan mengajak shalat, berdoa, atau membaca al-Quran bersama.
Yang tidak kalah penting adalah menanamkan akhlâq al-karîmah seperti berbakti kepada orangtua, santun dan sayang kepada sesama, bersikap jujur, berani karena benar, tidak berbohong, bersabar, tekun bekerja, bersahaja, sederhana, dan sifat-sifat baik lainnya.  Jangan sampai luput untuk mengajarkan itu semua semata-mata untuk meraih ridha Allah, bukan untuk mendapatkan pujian atau pamrih duniawi.
Kerjasama Ayah dan Ibu
Tentu saja, anak akan lebih mudah memahami dan mengamalkan hukum jika dia melihat contoh real pada orangtuanya.  Orangtua adalah guru dan orang terdekat bagi si anak yang harus menjadi panutan.  Karenanya, orangtua dituntut untuk bekerja keras untuk memberikan contoh dalam memelihara ketaatan serta ketekunan dalam beribadah dan beramal salih.  Insya Allah, dengan begitu, anak akan mudah diingatkan secara sukarela.
Keberhasilan mengajari anak dalam sebuah keluarga memerlukan kerjasama yang kompak antara ayah dan ibu. Jika ayah dan ibu masing-masing mempunyai target dan cara yang berbeda dalam mendidik anak, tentu anak akan bingung, bahkan mungkin akan memanfaatkan orangtua menjadi kambing hitam dalam kesalahan yang dilakukannya. Ambil contoh, anak yang mencari-cari alasan agar tidak shalat.  Ayahnya memaksanya agar shalat, sementara ibunya malah membelanya. Dalam kondisi demikian, jangan salahkan anak jika dia mengatakan, “Kata ibu boleh nggak shalat kalau lagi sakit. Sekarang aku kan lagi batuk, nih…”
Peran Lingkungan, Keluarga, dan Masyarakat
Pendidikan yang diberikan oleh orangtua kepada anak belumlah cukup untuk mengantarkan si anak menjadi manusia yang berkepribadian Islam.  Anak juga membutuhkan sosialisasi dengan lingkungan tempat dia beraktivitas, baik di sekolah, sekitar rumah, maupun masyarakat secara luas.
Di sisi inilah, lingkungan dan masyarakat memiliki peran penting dalam pendidikan anak. Masyarakat yang menganut nilai-nilai, aturan, dan pemikiran Islam, seperti yang dianut juga oleh sebuah keluarga Muslim, akan mampu mengantarkan si anak menjadi seorang Muslim sejati.
Potret masyarakat sekarang yang sangat dipengaruhi oleh nilai dan pemikiran materialisme, sekularisme, permisivisme, hedonisme, dan liberalisme merupakan tantangan besar bagi keluarga Muslim.  Hal ini yang menjadikan si anak hidup dalam sebuah lingkungan yang membuatnya berada dalam posisi dilematis.  Di satu sisi dia mendapatkan pengajaran Islam dari keluarga, namun di sisi lain anak bergaul dalam lingkungan yang sarat dengan nilai yang bertentangan dengan Islam.
Tarik-menarik pengaruh lingkungan dan keluarga akan mempengaruhi sosok pribadi anak.  Untuk mengatasi persoalan ini, maka dakwah untuk mengubah sistem masyarakat yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam mutlak harus di lakukan. Hanya dengan itu akan muncul generasi Islam yang taat syariah. Insya Allah.



 9 Tips Mendidik Anak Taat Syariah;
Tumbuhkan kecintaan pertama dan utama kepada Allah.
Ajak anak Anda mengidolakan pribadi Rasulullah.
Ajak anak Anda terbiasa menghapal, membaca, dan memahami al-Quran.
Tanamkan kebiasaan beramal untuk meraih surga dan kasih sayang Allah.
Siapkan reward (penghargaan) dan sakgsi yang mendidik untuk amal baik dan amal buruknya.
Yang terpenting, Anda menjadi teladan dalam beribadah dan beramal salih.
Ajarkan secara bertahap hukum-hukum syariah sebelum usia balig.
Ramaikan rumah, mushola, dan masjid di lingkungan Anda dengan kajian Islam, dimana Anda dan anak Anda berperan aktif.
Ajarkan anak bertanggung jawab terhadap kewajiban-kewajiban untuk dirinya, keluarganya, lingkungannya, dan dakwah Islam

Makna Sholat

Peristiwa Isra’ dan Mi’raj, membuahkan kewajiban shalat, sebagai satu- satunya ibadah dalam Islam, yang khusus dijemput langsung oleh Nabi Muhammad Saw ke Sidratul Muntaha. Peristiwa dahsyat yang ghairu ma’qul (tidak bisa dilogikakan) ini terjadi bertepatan dengan tanggal 27 bulan Rajab. Tidak bisa dilogikakan, artinya adalah bahwa peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini, sesuatu yang tidak bisa dicernai lewat akal.

Betapa tidak, begitu jauhnya perjalanan Nabi Muhammad dalam peristiwa ini, mulai Isra’ (perjalanan malam hari) dari masjid Haram di Makkah menuju rute Baitul Maqdis di Palestina, terus Mi’raj (naik) ke langit tinggi (yang tidak bisa dihitung mil-nya), menuju Sidratul Muntaha, hanya beliau tempuh tidak lebih dari waktu 2/3 malam atau sekitar 8 jam.

Dengan peristiwa yang luar biasa ini, orang yang mendurhakai Nabi Muhammad akan bertambah kedurhakaannya, tetapi bagi yang beriman, akan lebih bertambah keimanannya, karena terlihat, begitu Maha Berkuasanya Allah dalam memperjalankan hamba-Nya di malam hari dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj ini. Karena Nabi Muhammad bukan berjalan sendiri, tetapi diperjalankan Allah SWT (QS. Bani Israil :1).

Peristiwa sejarah yang hampir setiap tahun diperingati oleh umat Islam, sebaiknya dijadikan momentum dalam rangka revitalisasi (pengokohan) iman dan semangat beribadah, terutama dalam menegakkan ibadah shalat. Mulai dari komitmen pendirian ibadah ini, sampai kepada menghayati dan menggali potensi yang terkandung dalam ibadah yang sangat potensial ini.

Shalat adalah ibadah pembeda antara posisi orang mukmin dengan orang kafir. Dalam sebuah hadits riwayat Muslim nabi mengatakan : “Batas antara seseorang dengan kekafiran, adalah meninggalkan shalat”. Siapa yang meninggalkan ibadah shalat, berarti ia memasuki zona kekafiran. Dalam hadits lain riwayat Bukhari-Muslim, nabipun berkata : “ Siapa yang meninggalkan ibadah shalat dengan sengaja (tanpa alasan yang dibolehkan agama/ syara’), maka ia telah menjadi kafir”.

Pada sisi lain, dari pelaksanaan ibadah shalatpun., terpaut tegak dan hancurnya konstruksi agama (al-Diin). Hal ini dinyatakan nabi Muhmmad SAW dalam hadits shahihnya : “siapa yang mendirikan shalat, berarti ia menegakkan agama, dan siapa yang meninggalkan shalat, berarti ia menghacurkan agama”. (HR. Bukhari-Muslim).

Dengan kalkulasi, sekiranya jumlah umat Islam di Indonesia ada sekitar 200 juta, bila hanya 100 juta yang disiplin shalat lima waktu, yang 100 juta lagi tidak melaksanakan, berarti di negara kita keadaan umat Islam antara yang menegakkan agama dengan yang meruntuhnya, berimbang. Bagaikan tarik tambang, susah untuk tegaknya agama, begitu juga runtuhnya, tetapi stagnan.

Menurut pemahman sufi, meninggalkan shalat memiliki dua makna : Pertama; meninggalkan shalat secara syari’at, artinya tidak mengerjakan aktivitas shalat secara lahir dengan syarat dan rukunnya, yang dilakukan dengan ucapan, perbuatan, sikap dan gerak lahir, yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Kedua; meninggalkan shalat secara hakikat/batin dari shalat itu. Dalam shalat itu, ia tidak memahami siapa yang disembah (ma’bud) dan siapa pula yang menyembah (‘abid). Ia tidak memahami bagaimana niat dan i’tikad tauhid ditujukan, serta ia tidak memahami ke mana tujuan dan maksud tauhid disandarkan, dalam setiap gerak dan sikap dalam shalat itu.

Dari kenyataan sebelumnya, sering dijumpai banyak orang mendirikan ibadah shalat sampai usia lanjut, namun mereka tidak memperoleh kenikmatan dalam perjumpaan dengan Tuhannya, serta tidak mengalami perubahan dalam eksistensi diri. Contoh dalam hal ini ialah tidak hadirnya potensi untuk menangkap dan memahami pesan-pesan ketuhanan dalam setiap peristiwa di bumi ini, tidak hadirnya rasa takut untuk meninggalkan perintah Ilahi dan melanggar larangan-Nya, sesuai dengan potensi shalat itu sendiri, sebagai pencegah berbuat keji dan mungkar (QS. Al-angkabut : 45).

Tidak hadirnya juga, kesehatan dan kecerdasan profetik (kenabian)—yang disebut dengan prophetic intelligence--yang terimplementasi pada peningkatan etos kerja dan kinerja kekhalifahannya di muka bumi. Sering seseorang terjebak dalam lingkaran rutinitas dalam shalatnya, tanpa mau berusaha menggali potensi dan makna yang terkandung di dalamnya.

Secara jujur dapat dikatakan, bahwa sering terjadi pada diri seseorang muslim, dimana antara aqidah yang diyakinkannya (tauhid), begitupun ibadah yang ditekuninya, seolah-olah tidak nyambung sama sekali dengan realitas kehidupan kesehariannya. Persoalan seperti ini juga meresahkan pikiran Cucu Magek Dirih/Sutan Zaili Asril, dari berbagai tulisannya di koran ini. Agama terkadang hanya sebatas ritual dan upacara seremonial, tidak melantun ke kehidupan nyata.

Seolah-olah agama tidak ada kaitannya dengan persoalan ekonomi, tidak ada kaitannya dengan persoalan kemiskinan dan keterbelakangan. Agama dengan taushiyahnya terkadang hanya sebatas mimbar, sehingga tidak ikut meretas dan merajuk rona kehidupan.

Dalam ibadah shalat, sering kering dalam penggalian potensinya. Makna shalat hanya selingkar sajadah (tikar shalat), tanpa ada imbas sama sekali dalam kehidupan yang lebih luas. Seseorang itu barangkali sudah merasa puas dengan pahala dari ibadahnya, tanpa harus berpikir dan menggali lagi potensi ibadah itu, dalam pembentukan kehidupan yang lebih baik.

Sebagai contoh, pada shalat berjema’ah begitu patuhnya seseorang dalam mengikuti gerak imam dalam shalat, akan tetapi kipatuhan kepada imam dalam shalat ini, tidak berimbas kepada kepatuhan kepada pemimpin di luar shalat. Seharusnya, kepatuhan kepada imam di dalam shalat, harus berimbas kepada kepatuhan kepada pemimpin di luar shalat, selagi pemimpin itu berjalan pada yang benar. Ironis memang, bila ada masyarakat yang baru selesai shalat berjema’ah, kemudian langsung ramai-ramai mendemo ketua RW-nya yang kesalahannya belum jelas.

Justru itu, dalam memperingati Isra’ dan Mi’raj ini, sebaiknya dijadikan momentum untuk lebih dapat menggali potensi ibadah yang dilakukan, terutama ibadah shalat. Ibadah shalat memiliki potensi besar dalam membentuk seseorang menjadi insan paripurna (insan kamil). Shalat yang khusu’ (konsentrasi), berpotensi mengantarkan seseorang menjadi orang yang beruntung, minimal keuntungan rohani(QS. Al-Mu’minun : 1-2), terhindar dari kegelisahan jiwa yang akan membuat hidupnya tenang (QS. Al-Ma’arij : 19-23).

Begitupun dengan shalat yang benar, akan melahirkan sifat rendah hati pada diri seseorang. Di dalam gerak shalat, 8 buah tulang persendiannya tercecah ke bumi Allah dalam sujud. Sekalipun dahi letaknya tinggi, ibu jari kaki letaknya di bawah, namun sewaktu sujud kepada Allah, ia sejajar. Ini akan menghasilkan makna, bahwa ia betul-betul tidak ada artinya di hadapan Khaliq dan dengan sendirinya ia tidak akan bersifat sombong kepada sesama.

Hikmah dibalik Musibah

Beberapa hari terakhir, tidak henti-hentinya berita tentang musibah dan bencana dalam skala besar, mulai dari banjir bah di Wasior, Gunung Merapi meletus, Gempa dan Tsunami di Mentawai dan nampaknya bencana seperti ini tidak ada henti-hentinya.

Sebagai orang yang percaya Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, tetap memandang apapun gejala alam ini dengan kacamata Syari’ah. Sebab apapun yang terjadi tidak luput dari kehendak Allah SWT. Diantara hikmah yang bisa kita petik dibalik segala bencana ini antara lain...


Pertama, menjadi ujian kesabaran seorang mukmin, karena disaat musibah datang terlihat sekali sikap seorang hamba yang sebenarnya, apakah berbaik sangka atau justru sebaliknya berburuk sangka atau bahkan menyalahkan dan mencaci maki Allah SWT, Allah SWT berfirman,

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat. (QS. al Baqarah : 214).


Kedua, menjadi bukti betapa tidak berdayanya manusia dan begitu mahakuasanya Allah SWT, jangankan menangkis musibah, memprediksi kapan datangnya musibah secara valid manusia tidak sanggup.
Fir’aun menjadi sebegitu sombong dan congkaknya, dikarenakan sejak dia lahir sampai menjelang ajalnya, dia tidak pernah merasakan segala kesusahan hidup, kondisi ini lambat laun membuat Fir’aun merasakan betapa dia memang berhak berkuasa dan berlaku sombong, sampai-sampai pada akhirnya dia memproklamirkan dirinya sebagai Tuhan,

“dan berkatalah Fir’aun:” Akulah Tuhan kalian yang paling tinggi.” (QS. an Nazi’at : 24).


Ketiga, musibah datang untuk menggugurkan dosa dan mengangkat derajat seorang mukmin. Rasulullah bersabda,

“Tidaklah seseorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya.” (HR. Bukhari no. 5641).

Keempat, musibah juga menjadi salah satu cara Allah dalam mendidik dan menegur kesilapan dan dosa hamba-Nya. Allah berfirman,

”Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitanpun Menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. al An’am : 43).

Bahkan kepada para nabi dan rasul-Nya, Allah turunkan musibah agar mereka tidak terjebak pada sesuatu yang bisa melalaikan mereka dari cinta Allah. Nabi Yusuf Allah pisahkan dari ayahnya nabi Ya’qub. Karena dia mendapatkan cinta yang cukup besar dari bapaknya, nabi Ibrahim Allah perintahkan untuk menyembelih Ismail putra yang berpuluh-puluh tahun dinanti kehadirannya. Demikian pula Rasulullah, ditahun yang sama Allah wafatkan dua tokoh yang selama ini menjadi tulang punggung dakwah beliau. Maka di tahun wafatnya Khadijah istri beliau dan Abu Thalib sang paman disebut ‘amm alhazan (tahun duka cita). Semuanya agar rasul-Nya tak lena dengan bantuan dan cinta makhluk.
Wallahu a’lam.

Monday, 6 June 2011

10 Bencana AlamTerbesar

"Bencana alam merupakan sesuatu yang tidak seorangpun ingin mengalaminya. Bencana ini sangat mematikan, untuk orang-orang yang terkena dampak baik secara langsung, dan bahkan secara tidak langsung. Satu yang masih saya ingat adalah Tsunami Samudra Hindia 2004."

Berikut adalah 10 super bencana yang paling banyak merenggut korban jiwa :

10. Bendungan Banqiao yang gagal, 1975

Bendungan Banqiao yang dibangun untuk menahan sekitar 12 inci curah hujan setiap hari. Pada bulan Agustus 1975, Bendungan selesai dibangun namun badai datang terlalu cepat, akibat dari tumbukan antara cuaca dingin dan
Super tofan Nina, yang membawa hujan lebat. Hujan sangat lebat yang turun 7,46 inci setiap jam. Ini ditambah hingga sekitar 41,7 inci hujan setiap hari. Bendungan yang gagal karena sedimentasi dan kurangnya perhitungan 15,738 miliar ton air dalam beberapa hari, berikutnya. Gelombang hingga 23 kaki dengan kecepatan 31 MPh menghantam bendungan tersebut dan meluluh semuanya. Setelah air surut, lebih dari 231.000 orang meninggal.

09. Gempa Haiyuan 1920

Berdiri sebagai gempa mematikan tingkat 4 sepanjang waktu, gempa Haiyuan menghantam 7 provinsi China Pada tanggal 16 Desember 1920,dengan kekuatan 8,5 skala richter.Gempa bumi dan tanah longsor juga menyebabkan keretakan tanah yang besar, terutama dekat dengan pusat gempa bumi dari ketujuh provinsi tersebut dilaporkan Lebih dari 200.000 orang meninggal.
08. Gempa Tangshan, 1976

Gempa Tangshan yang terjadi pada 28 Juli 1976. Dikatakan sebagai yang terbesar di abad ke-20. Dengan pusat gempa bumi yang berada di Tangshan, yang terletak di Hebei, Cina. Kota industri dan telah memiliki sekitar satu juta orang yang hidup di dalamnya.
Terkena bencana di awal pagi dan selama 10 detik atau lebih. Gempa berkekuatan 7,8-8,2 Skala Richter dikatakan terlebih dahulu telah membunuh 655.000 orang, tetapi jumlah tersebut menurun menjadi sekitar 255.000 orang.

07. Antakya (Antioch) Earthquake, 565 M

Gempa Antakya yang terjadi pada 565 AD Tidak banyak yang diketahui dari bencana ini. Dikatakan terjadi pada 20 Mei. menyebabkan kerusakan berkisar antara 1-24 juta dolar. dan Gempa bumi menyebabkan
sekitar 250.000 kematian.

06. Tsunami 2004

Pada tanggal 26 Desember 2004, satu hari setelah Natal, dan terkena gempa bumi di bawah laut, dengan pusat gempa bumi di bagian pantai Sumatera, Indonesia. Gempa bumi yang terjadi karena subduksi yang banyak disebabkan oleh tsunami di Samudra Hindia. gempa menghantam melalui berbagai tempat, yang paling dirasakan di India, Sri Lanka, Indonesia dan Thailand. Ini adalah gempa bumi terbesar kedua yang dapatdirekam, yang besarnya mencapai dari 9,1-9,3 Skala Richter. Itu berlangsung antara 8-10 menit, dan sangat parah bahwa seluruh planet bergetar oleh gempa bumi yang disebabkannya, seperti yang ada di Alaska. Gempa bumi dan tsunami menyebabkan lebih dari 225.000 kematian.
05. Topan India, 1839
tahun 1839, topan yang sangat besar menghantam Coringa, India. Hal ini terjadi pada 25 November ketika badai setinggi 40 kaki (12 M) menghancurkan kota.Sayangnya, kota ini tidak pernah benar-benar dibangun, 20.000 kapal yang berlabuh di kota telah hancur. Lebih dari 300.000 orang meninggal setelah badai bergelombang turun.

04. Badai Bhola, 1970


Badai Bhola menghantam Pakistan Timur, yang sekarang dikenal sebagai Bangladesh pada 12 November 1970.Terkenal sebagai topan paling mematikan yang pernah direkam. Angin dengan kekuatan 115mph dan mencapai kekuatan badai Kategori 3 . Namun, Dikatakan bahwa sampai 500.000 orang meninggal karena badai di laut yang membawa hujan deras dan menyebabkan banjir di banyak daerah.

03. Gempa Shaanxi, 1556

Gempa Shaanxi yang berdiri sebagai gempa paling mematikan. Pada tanggal 14 Februari 1556, gempa bumi menghantam Cina. Pusat gempa bumi yang berada di Lembah Sungai Wei, dan sebanyak 97 desa di tempat-tempat seperti Henan, Shaanxi, Hebei, Anhui, dan lain-lain yang
terpengaruh. Dalam Huaxian, setiap bangunan yang rusak dan telah berdiri lebih dari setengah orang-orang yang tinggal di sana tewas. Beberapa statistik menunjukkan bahwa beberapa desa hingga 60% dari populasi mereka tewas. Secara keseluruhan, lebih
dari 830.000 orang meninggal dari gempa Shaanxi. akibat yang dirasakan selama hampir setengah tahun kemudian.
02. Luapan Sungai Kuning, 1887

Sungai Kuning, yang terletak di Cina, sangat rawan banjir. Pada tahun 1887, banjir Sungai Kuning dan benar-benar hancur sekitar 50.000 mil persegi daratan. Banjir dikatakan telah membunuh antara 900.000-2,000,000 orang. Petani yang tinggal di dekat sungai telah membangun parit – parit kecil, pada satu titik, dapat menahan air jika hujani. Namun, hujan lebat yang datang terlalu cepat dan melebihi daya tampung parit-parit kecil tersebut.

01. Banjir China Tengah, 1931

Terjadi di tahun1931, Banjir Cina Tengah yang dikatakan menjadi bencana alam paling mematikan yang pernah direkam. Pada waktu itu Setelah kemarau panjang, Cina terkena tujuh badai, yang membawa inci demi inci air hujan. Selama Banjir di Cina Tengah, tiga sungai lainnya ikut meluap, dan sampai 4 juta orang meninggal karena banjir. Walaupun terdapat bendungan dibangun kembali untuk menampung air di Yangzte, Kuning, dan sungai Huai ,namun semuanya masih terlalu kecil.

Bahasa Palembang (Melayu,Jawa)

Bahaso Palembang Alus (Halus,red) hampir menyerupai bahasa Jawa, oleh sebab itu banyak orang berasumsi bahwa bahasa Palembang berasal dari Jawa. Namun pada dasarnya tidaklah demikian, bahkan sebaliknya, identitas Palembang sebagai kolaborasi dua kebudayaan Melayu-Jawa terlepas dari sejarah Palembang itu sendiri. 
Menurut sumber sejarah lokal, Kesultanan Palembang muncul melalui proses yang panjang dan berkaitan erat dengan kerajaan-kerajaan besar di Pulau Jawa, seperti Kerajaan Majapahit, Demak, Pajang, dan Mataram. Palembang (Melayu/Sriwijaya) pada masa lalu adalah cikal bakal berdirinya kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa.


Dalam manuskrip sejarah Palembang diceritakan:
Al kisah tersebutlah dalam satu masa di Bukit Siguntang duduk memerintah seorang raja bernama Raja Sulan yang punya dua putra, Alim dan Mufti. Alim menjadi sultan setelah ayahandanya wafat, sedangkan Mufti menjadi sultan di Gunung Meru.
Setelah Sultan Alim wafat ia digantikan oleh putranya tanpa melalui musyawarah dengan pamannya Sultan Mufti. Karena itu Sultan Mufti bermaksud untuk menurunkan putera Sultan Alim dari kedudukannya sebagai Sultan di Bukit Siguntang.
Mendengar cerita tersebut maka putra Sultan Alim beserta seluruh rakyat dan pasukannya meninggalkan  Bukit Siguntang menuju Indragri. Mereka menetap di suatu daerah yang mereka pagari dengan ujung sebagai tempat pertahanan. Kemudian tempat tersebut bernama Pagaruyung (Padang, Sumatera Barat).
Setelah Sultan Mutfi wafat, ia digantikan oleh puteranya dengan pusat pemerintah di Lebar Daun bergelar Demang Lebar Daun hingga tujuh turun lebih. Demang Lebar Daun ini mempunyai seorang saudara kandung bergelar Raja Bungsu.
Kemudian Raja Bungsu tersebut hijrah ke tanah Jawa, di negeri Majapahit, bergelar Prabu Anom Wijaya atau Prabu Wijaya/Brawijaya sampai tujuh turun pula. Brawijaya yang terakhir memiliki putera bernama Aria Damar atau Aria Dilah dikirim ke tanah asal nenek moyangnya yaitu Palembang, ia dinikahkan dengan keturunan Demang Lebar Daun dan diangkat menjadi raja (1445-1486).
Ia juga mendapat kiriman seorang putri Cina yang sedang hamil, yakni isteri ayahnya yang diamanatkan kepadanya untuk mengasuh dan merawatnya. Sang puteri ini melahirkan seorang putra yang diberi nama Raden Fatah atau bergelar Panembahan Palembang, yang kemudian menjadi raja pertama di Demak.
Pada saat Raden Fatah menjadi raja Demak (1478-1518), ia berhasil memperbesar kekuasaannya dan menjadikan Demak kerajaan Islam pertama di Jawa. Akan tetapi kerajaan Demak tidak mampu bertahan lama karena terjadinya perang saudara, Setelah kerajaan Demak mengalami kemunduran, muncullah Kesultanan Pajang.
Penyerangan Kesultanan Pajang ke Demak mengakibatkan sejumlah bangsawan Demak melarikan diri ke Palembang. Rombongan dari Demak yang berjumlah 80 orang dikepalai oleh Ki Sedo Ing Lautan (1547-1552) menetap di Palembang Lama (1 Ilir) yang saat itu Palembang di bawah pimpinan Dipati Karang Widura, keturunan Demang Lebar Daun. Mereka mendirikan istana Kuto Gawang dan masjid di Candi Laras (PUSRI sekarang).
Pengganti Pangeran Sedo Ing Lautan adalah anaknya, Ki Gede Ing Suro (1552-1573), setelah wafat diganti oleh Kemas Anom Adipati/Ki Gede Ing Suro Mudo (1573-1590). Kemudian diganti saudaranya Sultan Jamuluddin Mangkurat II Madi Alit (1629-1630), kemudian Sultan Jamaluddin Mangkurat III Sedo Ing Puro (1630-1639), Sultan Jamaluddin Mangkurat IV Sedo Ing Kenayan (1639-1950), Sultan Jamaluddin Mangkurat V Sedo Ing Peserean (1651-1652), Sultan Jamaluddin Mangkurat VI Sedo Ing Rejek (1652-1659), Sultan Jamaluddin VII Susuhunan Abdurrahman Candi Walang (1659-1706), Sultan Muhammad Mansur (1706-1714), Sultan Agung Komaruddin (1714-1724), Sultan Mahmud Badaruddin I (1724-1757), dst.
Pada abad ke 16 di Palembang mulai terbentuk dan tumbuh suatu pemerintahan yang bercorak Islam. Pangeran Aria Kesumo (Kemas Hindi) pada tahun 1666 memproklamirkan Palembang menjadi negara Kesultanan beliau bergelar Sultan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayidul Imam berkuasa tahun 1659-1706.
Dengan demikian Islam telah menjadi agama di Kesultanan Palembang Darussalam dan pelaksanaan hukum Islam berdasarkan ketentuan resmi hingga berakhirnya Kesultanan Palembang pada tahun 1823.
Dengan demikian jelaslah bahwa sejarah melayu Palembang dalam perkembangannya dipengaruhi oleh budaya Jawa, yang paling tidak masih dapat kita lihat seperti sekarang ini antara lain: Rumah Limas, Pakaian Adat, dan Bahasa.
Bahasa Palembang berasal dari bahasa Melayu Tua yang berbaur dengan bahasa Jawa dan diucapkan menurut logat/dialek wong Palembang. Seterusnya bahasa yang sudah menjadi milik wong Palembang ini diperkaya pula dengan bahasa-bahasa Arab, Urdhu, Persia, Cina, Portugis, Iggris dan Belanda. Sedangkan Aksara bahasa Melayu Palembang, menggunakan aksara Arab (Arab-Melayu) atau tulusan Arab berbahasa Melayu (Arab Gundul/Pegon).***
Bebaso baiknya dibiasakan dalam pergaulan sehari-hari sebab di dalamnya terdapat norma, adab dan sopan santun. Penyampaiannya sopan dan halus, nada suaranya tidak tinggi, lambat, serta dengan sikap merendah.

Contoh Bahasa Palembang Pasaran (P) dan Bebaso (B):
P: Mang Cek, Aku ni nak betanyo, di manola ruma Cek Awang?
B: Mang Cek, Kulo niki ayun betaken, di pundila rompok Cek Awang?
(Paman, saya ini mau bertanya, dimanakah rumah Pak Awang?)
P: O, idak jao, parak ruma aku. Itula ruma Cek Awang.
B: O, nano tebe, pangge rompok kulo. Nikula rompok CekAwang.
(O, tidak jauh, dekat rumah saya. Di situlah rumah Pak Awang).

***disadur dari sebuah tulisan Kms H Andi Syarifuddin, SAg di harian Sripo***

Bung Karno

 Sukarno was born on June 6, 1901, in Surabaya, East Java, of a Javanese father and Balinese mother. At an early age the family moved to Modjokerto, where his father taught school. Sukarno's adequate knowledge of Dutch made it possible for him to enter the European elementary school. In 1916 he enrolled at a high school in Surabaya. During this period he lived with H. O. S. Tjokroaminoto a prominent Islamic leader and head of Sarekat Islam. The 5 years (1916-1921) Sukarno spent in Surabaya were most important in his future intellectual and political development, for here he came in contact with prominent Indonesian nationalists and with Dutch socialists.

In 1920 the left wing of the Sarekat Islam split away and formed the Indonesian Communist party (PKI). The following year Sukarno entered the Institute of Technology in Bandung, from which he graduated in 1926 as an engineer and focused on architecture. He embarked on a political career, publishing a series of articles in which he endeavored to reconcile the two contending factions by trying to show that Islam and communism (socialism) were not incompatible.

In 1927 Sukarno became chairman of the Nationalist Study Club in Bandung. With the founding of the Indonesian Nationalist party (PNI) in 1927 and the earlier banning of the PKI as a result of the Madiun revolt in 1926, Sukarno's task of unifying the various nationalist groups was made much easier.
 His spellbinding oratory and his ability to phrase his political goals in a language the masses could understand soon made him a national hero. His influence and fame were greatly enhanced by his trial in 1930. As a result of anticolonialist utterances, he had been accused by the government of the Dutch Indies of treason and sentenced to 4 years in prison, only 2 of which he had to serve. It was on the occasion of this trial that he delivered his famed defense speech, Indonesia Menggugat (Indonesia Accuses), which is considered one of the most important statements of his credo.

His impressive speech, however, received wide coverage by the press, and due to strong pressure from the liberal elements both in Netherlands and Dutch East Indies, Sukarno was released early on 31 December 1931. By this time, he had become a popular hero widely known throughout Indonesia.
Shortly after his release Sukarno was arrested again, and was exiled to Ende on the island of Flores in February 1934. Four years later he was moved to Bencoolen in Sumatra. Sukarno was released when the Japanese occupied Indonesia in March 1942. The Japanese, familiar with Sukarno's strong anticolonialist views, made him a leader in their various organizations, and in June 1945 he headed the very important preparatory Committee for Indonesian Independence.

Sukarno indicated clearly that his goal had always been, and still was, Indonesia's independence. On this occasion he set forth in eloquent terms the Pantjasila, or Five Pillars: nationalism, internationalism, democracy, social justice, and belief in God. On Aug. 17, 1945, Sukarno, at the strong urging of youth groups and colleagues, proclaimed his country's independence in Djakarta, and he became the first president of the new Republic of Indonesia, a position he retained for almost 21 years.