Monday, 16 May 2011
Makna Sholat khusyuk
' Mengapa banyak orang yang rajin shalat masih tetap korupsi? Mengapa banyak orang yang gemar shalat masih suka melakukan kemaksiatan? Mengapa banyak orang yang terbiasa shalat tapi sakit-sakitan? Bila hal itu ditanyakan kepada Ustadz Ansufri Idrus Sambo, niscaya ia akan menjawab, ”Sebab shalat orang itu belum khusyuk.” Menurut lelaki kelahiran Medan, Sumatera Utara, 20 November 1970, kekhusyukan dalam shalat merupakan kunci agar shalat itu benar-benar membekas seperti penegasan Allah dalam Alquran, ”Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar.”
Lalu, mengapa banyak orang yang belum khusyuk shalatnya? Hal itu, kata alumnus Jurusan Matematika, FMIPA Institut Pertanian Bogor itu, karena mereka belum memahami tatacara shalat yang khusyuk. ”Betapa banyak orang yang setiap hari mengerjakan shalat, namun mereka tidak mengetahui cara mencapai shalat yang khusyu,” ujarnya.
Hal itu pun pernah dialami oleh lelaki yang pernah nyantri di Pesantren Ulul Albab, Bogor itu. Bertahun-tahun ia mencoba memahami arti khusyuk dan mencari cara untuk menggapai shalat yang khusyu’. Namun ia tidak juga menemukannya. ”Saya bertanya kepada banyak ustadz. Namun jawaban yang saya peroleh tidak memuaskan saya. Karena itu saya terus mencarinya,” papar ayah empat anak itu.
Lelaki yang akrab dipanggil Ustadz Sambo itu melakukan berbagai cara untuk mencari dan menemukan makna khusyu’ dalam shalat. Selain bertanya kepada para ustadz, ia pun rajin membaca berbagai macam buku. Cara lainnya yang rutin ia lakukan adalah melakukan i’tikaf pada 10 hari terakhir Ramadhan. Ia melakukannya di Masjid Ulul Albab, setiap tahun sejak tahun 1993.
Ketika tahun 1999 ia berkesempatan menunaikan umrah Ramadhan, maka ia pun memanfaatkan waktu tersebut untuk melakukan i’tikaf. ”Setelah mencari selama 13 tahun, Alhamdulillah, akhirnya pada tahun 2005, sewaktu iktikaf Ramadhan, saya menemukan makna dan cara menggapai khusyuk dalam shalat,” kata lelaki yang pernah belajar Ilmu Bahasa Arab dan Ilmu Tafsir selama satu tahun di Jordan.
Selama ini, kata lelaki yang tengah menyelesaikan program magister di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, khusyuk itu terlalu abstrak, padahal sebetulnya tidak. Nabi sewaktu jadi imam, mendengar anak menangis. Lain waktu, ia shalat sambil menggendong cucunya. ”Khusyuk itu adalah kenikmatan berdialog dengan Tuhan. Jadi, bukan berarti tidak ingat apa-apa, tapi hal-hal lain kalah dengan nikmat dialog itu,” tegasnya.
Sambo lalu memberikan rahasia singkat cara mencapai shalat khusyuk. Misalnya, tidak terburu-buru, tidak dalam keadaan perut lapar, tidak menahan buang angin ataupun buang air kecil, mengenakan pakaian terbaik, matikan ponsel, serta memahami bacaan shalat. Selain itu, bacaan shalat hendaknya perlahan-lahan, jangan terburu-buru. ”Lakukanlah shalat dengan bacaan yang menghiba, memelas, merintih kepada Allah. Sebab, Nabi mengatakan, ‘Allah senang mendengarkan hamba-Nya merintih’,” papar Sambo.
Setelah shalat ditunaikan dengan sebaik-baiknya, maka shalat itu harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, yakni meninggalkan maksiat. ”Inilah salah satu hikmah terpenting shalat,” tuturnya.
Di tengah kesibukannya sebagai juru dakwah, ustadz yang hobi bulutangkis itu telah memformulasikan langkah praktis yang teruji untuk mencapai kekhusyukan dalam melaksanakan shalat, yang dikenal luas dengan nama Manajemen Sholat menuju Khusyu’ dan Nikmat (MSKN). ”Insya Allah formula ini apabila diamalkan dengan benar dapat membangkitkan kesehatan dan kekuatan diri, dan pada akhirnya dapat memperoleh kesuksesan hidup dunia dan akhirat,” paparnya.
Ia telah memberikan pelatihan manajemen shalat khusyuk kepada ribuan orang. Baik karyawan perusahaan-perusahaan besar maupun jamaah majelis ta’lim. ”Kami tengah menyiapkan acara gerakan nasional shalat untuk menyelamatkan bangsa, yang insya Allah akan digelar pada Mei 2007,” ujarnya.
Dengan memadukan logika matematika dan pemahaman terhadap dalil (Alquran dan hadis), Sambo mengembangkan berbagai program yang sampai sekarang terus digelutinya. Ia misalnya, membuat model pemberdayaan masyarakat miskin secara terpadu melalui Yayasan HILAL yang dipimpinnya. Selain itu juga mengembangkan metode yang disebutnya “Buraq”, sebuah cara praktis untuk menterjemahkan Alquran secara mudah sistem 16 jam).
Kini Sambo berencana membuat Pesantren Imam Masjid. ”Saya berharap pesantren tersebut akan menghasilkan imam-imam masjid yang benar pemahaman agamanya dan khusyuk dalam shalatnya,” ujarnya. Semoga terlaksana dan barokah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment