Saturday, 14 April 2012

Six Days of Creation Earth and Heaven


Verses 9-12 of Quran’s Chapter Fussilet talk about the creation of heavens and earth. Because of the ordering of events in the verses, most people (even the experts) misinterpret them. Even worse, these verses are used by some to attack the Quran. Below I give these verses:
Chapter Fussilet/Verses 9-12 (Pickthall)
041.009 Say (O Muhammad, unto the idolaters): Disbelieve ye verily in Him Who created the earth in two Days, and ascribe ye unto Him rivals ? He (and none else) is the Lord of the Worlds.
041.010 He placed therein firm hills rising above it, and blessed it and measured therein its sustenance in four Days, alike for (all) who ask;
041.011 Then turned He to the heaven when it was smoke, and said unto it and unto the earth: Come both of you, willingly or loth. They said: We come, obedient.
041.012 Then He ordained them seven heavens in two Days and inspired in each heaven its mandate; and We decked the nether heaven with lamps, and rendered it inviolable. That is the measuring of the Mighty, the Knower.

The attackers simply sum up the given days (in order) and conclude that Quran is talking about an “Eight Days of Creation” in these verses, so it is contradicting its other verses talking about a “Six Days of Creation”.
In fact, the problem stems from the translations, not Quran. The Arabic word translated as “measured” is قدر (kadera or Al-Qadar). I will not speculate the real meaning of this arabic word. Instead, I will let “the authority of Internet (Wikipedia)” speak: “Taqdir (Arabic: تقدير‎), literally to measure, refers to the doctrine of fate or predestination, qadar (Arabic: قدر‎), one of the aspects of aqeeda. The words are used throughout the collections of Hadith to mean predestination. Though qadr and taqdir both refer to predestination, they are of differing grammatical orders and thus not considered interchangeable.”. ... "Qadar is the Arabic word for Destiny. Qada' is the Arabic word for Decree. They may or may not be used interchangeably depending on the context." ... "In Islam, "predestination" is the usual English language rendering of a belief that Muslims call al-qada wa al-qadar in Arabic. The phrase means "the divine decree and the predestination"; al-qadar derives from a root that means to measure out." 

So, the correct translation of that part of the original arabic verse (kaddera fıha akvateha in Latin) is “predestined therein its sustanance in four days, alike for all (who) ask”, not “measured therein its sustanance …”.
Confusing? No, it is not! Let’s form some other but similar sentences:
“and predestined therein life, before creating it (earth)”.
“and predestined stages for the moon, before creating it (moon)”.
There is nothing wrong (logically) in the above sentences. Simply put, the events narrated in verse 10 are not in chronological order and the last event (predestination of sustanances in 4 days) precedes the others and even the creation of earth! (Look at the following verse, verse 11). In verse 11, (after the predestination of sustanances, as indicated by the word "then" -usual translation of arabic word "thumma"-), the heaven and earth are commanded to "come into (being)" together. Obviously, that heaven is our solar system.
Without much ado, we can say that Quran gives a period of six days as the age of heavens (universe) and (the last) two days as the age of earth. This information coincides perfectly with the current cosmological data. Cosmological calculations indicates that our universe is 13.5 billion years of old and earth is 4.5 billions years of old. The division of these two numbers is the same as 2 / 6. All sacred texts of Abrahamic religions talk about six days of creation, but only Quran places the creation of earth into last two days.
By the way, Quran also talks about the "relativity of time":

Chapter Mearic/Verse 4
"The angels and the Spirit ascend unto Him in a Day the measure whereof is (as) fifty thousand years."
Some might find verse 10 of Quran's chapter Fussilet strange because of the unusual ordering of events. But this is a rhetorical device known as "flashback" and Quran is very rich in terms of such rhetorical devices. Flashback (also called Analepsis, plural Analepses) is an interjected scene that takes the narrative back in time from the current point the story has reached. 

Tuesday, 10 April 2012

SEMUA BAYI TERLAHIR ISLAM


Semua bayi yang lahir ke dunia adalah seorang Muslim. Hanya saja, tidak ada yang menyadari hal tersebut. Demikian keyakinan Themise Cruz setelah dirinya memeluk Islam beberapa tahun silam.

"Kita lahir dalam keadaan Islam. Sayang, budaya sekitar kita yang mengubah kenyataan itu. Tapi Allah rupanya menyayangiku, ia berikan hidayah padaku untuk kembali pada Islam," papar dia.

Themis menuturkan perkenalannya pada Islam diawali saat ia mengikuti pelatihan di kampus selama bulan Ramadhan. Pelatihan itu digelar mahasiswa Muslim guna memperkenalkan Islam kepada warga kampus. "Di kampuslah, saya bertemu dengan Muslimah yang mengundang saya ke rumahnya untuk belajar dan makanan," kenang Themise.

Awalnya, ia merasa risih dengan perbedaan budaya antara ia dan temannya. Sempat terpikir untuk menolak, namun ia tidak mau terjebak dalam sterotip negatif tentang Islam. Ia harus membuka pikirannya tentang apa yang menjadi pandangan umum masyarakat Amerika Serikat saat itu.

Tapi sang Pencipta yang memberikan jalan kepada Themise untuk terikat dengan persahabatan dengan Muslimah, yang merupakan imigran dari Timur Tengah. Ia selanjutnya diperkenalkan dengan gaya hidup Islam. Dari persahabatan itulah, ia tahu setiap Muslim dilarang untuk mengkonsumsi alkohol dan daging babi. Ia juga menyaksikan sahabatnya itu melaksanakan shalat dan berpuasa.

"Sejak saat itu, saya pikir ada yang salah tentang pandangan masyarakat AS terhadap Islam. Jujur saya sempat bingung waktu itu, tapi saya tidak tahu kalau hal itu merupakan tanda saya mendapatkan hidayah dari Allah SWT," ungkapnya.

Kebingungan terus melanda Themise. Ia seolah makin bingung entah harus berbuat apa. "Saya berhasil dalam aspek materi kehidupan, tetapi pikiran dan hati saya selalu gelisah. Aku begitu lemah, aku seperti menipu diriku sendiri untuk percaya pada hal-hal bersifat material seperti apa yang diajarkan orang tua ku," kisah Themise.

Selepas ibunya meninggal, Themise kian hampa. Peninggalan harta melimpah tidak membuatnya tenang. Ia mencoba untuk melanjutkan hidupnya. Tapi lagi-lagi ia kembali didera kebingungan. "Aku tidak lagi mengabaikan Allah. Aku harus membuka diri atas Allah," kata Themise.

Tak berselang lama, Themise pun melaksanakan niatnya itu. Ia memang sudah membayangkan akan mengalami kesulitan untuk memulainya. Islam merupakan agama yang disiplin dengan ritual. Secara budaya, bahasa dan ritual, Islam jauh berbeda dengan keyakinan terdahulu. Beruntung, Themise mendapat banyak bantuan suami yang Muslim.

"Suamiku mengajarkan banyak hal tentang Islam. Berkat bantuannya, aku secara perlahan mulai memahami Islam. Harus diakui, aku seolah baru mengenal agama dan Tuhan ketika bersinggungan dengan Islam. Saya mulai pelahan membaca Quran selama berjam-jam pada suatu waktu," paparnya.

"Aku tahu, Allah akan menolong saya," tambah dia.

Semenjak menjadi Muslimah, Themise mulai berkomunikasi dengan saudara seiman. Mereka membantu Themise untuk lebih mudah memahami Islam. Sebulan sekali, Themise bersama teman-temannya itu menggelar pengajian. Banyak hal baru yang diperoleh Themise.

Ia pun mulai memahami pentingnya kesabaran dan pemahaman. Hal itulah, yang menyebabkan Themise kian menyadari keberadaan Pencipta. "Dia memberikan ku kekuatan dan kesabaran. Aku selalu menyadari Allah selalu bekerja dengan cara-Nya yang mungkin tidak dimengerti manusia," kata dia.

Tidak Diterima

Secara perlahan Themise mulai terbiasa dengan identitas barunya sebagai Muslimah. Namun, tidak dengan keluarganya. Hingga kini, keputusannya memeluk Islam tidak diterima oleh keluarganya. Keluarganya pun menolak keberadaan suaminya. "Bagaimana Anda meninggalkan Yesus, sementara aku mengasihi Yesus," kata salah seorang kerabatnya kepada Themise.

Themise begitu tenang menjawab pertanyaan itu. Menurutnya, ia tidak meninggalkan Yesus. Hanya saja, dirinya mulai memahami ajaran Yesus sebenarnya. "Islam mengharuskan setiap Muslim mengimani para Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Artinya, setiap Muslim harus menghormati Yesus dan Ibrahim," jawab Themise kepada kerabatnya itu.

Perjuangan Themise untuk menjadi seorang Muslim paripurna belum selesai. Dihadapannya menunggu sejumlah tantangan yang menguji kualitas keimannya. "Aku tahu budaya Barat belum menerima atau memahami Islam. Kita masih dianggap sebagai fundamentalis atau teroris," ungkapnya.

"Saat ini, pengetahuanku masih rendah. Aku hanya berpikir untuk menutup pikiran dan hati ku atas apa yang mereka katakan tentang muslim. Semoga kami selalu dibeirkan kesabaran dan kasih sayang. Dan semoga Allah membuka pintu hati dan pikiran mereka pada kebenaran," pungkasnya.

Subhanallah,Maha Besar Allah atas Segala Firman-Nya

Friday, 6 April 2012

Mulutmu Harimaumu


“Tiada satu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS Qaaf [50]: 18)

Lidah tidak bertulang. Petatah itu menggambarkan bagaimana lidah bisa membawa si pemiliknya menuju pintu surga atau menuju pintu neraka. Bahaya yang ditimbulkan oleh lidah sangat besar, dan petaka yang bermula darinya juga luar biasa. Abu Bakar Ash-Shiddiq RA. Pernah memegang lidahnya sambil menangis dan berkata, “Inilah yang mendatangkan berbagai bencana padaku.”

Lidah memiliki banyak “penyakit” yang bisa membawa pemiliknya mendapatkan malapetakan seperti perkataan dusta, gosip, adu domba, perkataan kasar, mencela, perkataan kotor, kesaksian palsu, kata-kata laknat, cemoohan, merendahkan orang lain, dan sebagainya. Karena itu tidak aneh jika banyak perkataan yang menghantarkan pelakunya ke neraka, lantaran ia tidak bisa mengontrol lidahnya, dan membiarkan kata-katanya liar.

Lidah laksana binatang buas yang amat berbahaya, ular berbisa, dan api yang meluap-luap. Ibnu Abbas ra, pernah berkata kepada lidahnya sendiri, “Wahai lidah, katakanlah yang baik niscaya engkau akan meraih kebaikan. Atau diamlah, niscaya engkau akan selamat. Semoga Allah merahmati seorang muslim yang menahan lidahnya dari kehinaan, mengikatnya dari gosip, mencegahnya dari ucapan sia-sia, dan menahannya dari kata-kata yang diharamkan.”

Dalam hadits shahih disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda kepada Mu’adz ra. sambil memegang lidah, “Tahanlah ini!” Mu’adz berkata, “Apakah kami akan disiksa karena apa yang kami ucapkan, wahai Rasulullah?” “Ibumu akan kehilangan dirimu wahai Muadz. Tidaklah wajah orang-orang itu dilemparkan ke dalam api neraka melainkan karena hasil perbuatan lidah mereka." (HR Tirmidzi dan Ahmad)

Namun begitu, lidah juga merupakan sarana menuju kebaikan dan bisa mengantarkan pemiliknya ke pintu surga. Maka, alangkah damainya orang yang senantiasa berzikir, memohon ampun, memuji, bertasbih, bersyukur, dan bertobat kepada Allah dengan lidahnya. Dan alangkah malangnya orang yang mengoyak kehormatan
manusia, menodai kesucian, serta mendongkel nilai-nilai kebenaran.


Semoga Allah merahmati orang yang berhati-hati dengan segala ucapannya, mengatur lirikan-lirikan matanya, menghaluskan tutur katanya, dan menimbang-nimbang dahulu apa yang akan diucapkan. Allah SWT berfirman, “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qâf
[50]  : 18)

Dalam hadisnya, Rasulullah SAW juga selalu mengingatkan umatnya untuk selalu menjaga kehormatan lidahnya dalam berbicara. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang menjamin untukku apa yang terletak di antara dua rahangnya (lidah), dan apa yang terletak di antara dua pahanya (kemaluan), maka aku akan menjamin untuknya surga.” HR Bukhari dari Sahl bin Sa’ad.

Patut kita sadari, melatih jiwa kita untuk selalu melaksanakan perbuatan-perbuatan yang dianjurkan Allah SWT dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. Ya Allah, kami memohon pada-Mu agar kami memiliki lidah-lidah yang
jujur dan hati yang bersih.

Tuesday, 3 April 2012

HangZhou Steam Turbines with Siemens Technology


Hangzhou Steam Turbine Co., Ltd. designs, manufactures, sells, and services industrial steam turbines and related equipments, elements, and accessories primarily in China. It offers various impulse and reaction turbines, including condensing, extraction, backpressure, extraction condensing, multi-stage backpressure, and extraction backpressure turbines. The company also provides equipment integration, after-sales, and import and export services. In addition, it is involved in the development and manufacture of electrical and mechanical equipment control unit; manufacture of cast iron and steel products; installation and maintenance of casting equipments; manufacture and processing of equipment of steam turbines; design, manufacture, retail, and wholesale of cooling and depressurizing equipment; and manufacture of forging and casting materials, and chamotte and concrete products.

Further, the company offers steam and gas turbine, generator, gear box, boiler, air cooler, condensator, power plant equipment, water turbine, air compressor, fan, controlling equipment, spare parts, and materials. Additionally, it engages in researching, developing, and application of energy saving and environment protection technologies; promoting and selling environment protection products; and a provision technical consulting services, feasibility researching, designing, and contracting environment protection projects. The company also provides steam turbine periphery; and design, installation, consultation, and technology services. Its products are used in various industries, such as electric power and petrol chemistry; rotator machinery, compressor, air-blower, pump, and squeezer; oil refining, chemical, chemical fertilizer, building materials, metallurgy, electricity, light, and environmental protection; and power plants. The company was founded in 1958 and is based in Hangzhou, China. Hangzhou Steam Turbine Co., Ltd. is a subsidiary of Hangzhou Steam Turbine Power Group Co., Ltd.
Given the relatively low fuel cost of coal- and nuclear-powered steam turbine generators, and the increasing strategic value of existing sites, a modernization of existing equipment can be more cost-effective and faster than installing new generation equipment. Performance Enhancement Programs can help you to improve assets and environmental compatibility, and furthermore lead to higher reliability and overall performance. Our customers are impressed by the performance enhancements resulting from modernizations. We prepare either your power plant, your plant in the oil & gas sector or your industrial plant for tomorrow and beyond. We inspect your plant, whether Siemens plants or plants manufactured by other OEMs, and give you the options tailored to your needs.

Focused on the turbine generator and its auxiliaries, Hangzhou with Siemens Technology provides the interface across various disciplines to address the boiler (or steam generator), the control system and the balance of plant considerations on any modernization activity. We also assist in evaluating the net present value calculation and IRR analyses necessary to justify the project. In addition, uniquely qualified engineers provide complete turnkey installation of modernized equipment in concert with the plant's inspection requirements and scheduled outage duration. They can help to plan the outage work in detail with other subcontractors to ensure an on-time completion. Finally, Hangzhou has the capability to utilize creative financing for the modernization capital, based on sales of the incremental megawatts.